Ø Sumber Hukum
Acara Perdata
1.
Zaman penjajahan Belanda.
a. Rv
|
:
|
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan
Eropa.
|
b.
HIR
|
:
|
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan
Bumi Putera Jawa-Madura.
|
c.
Rbg
|
:
|
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan
Bumi Putera di luar Jawa-Madura.
|
*Golongan
Eropa dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding golongan bumi
putera. Adapun golongan bumi putera di luar Jawa-Madura dinilai lebih
keterbelakang.
*Golongan bumi
putera tidak dapat mengintervensi hukum untuk golongan Eropa adapun sebaliknya
golongan Eropa dapat mengintervensi hukum untuk golongan bumi putera.
2.
Zaman Sekarang
a.
HIR dan RBg.
b.
UU No. 20/1947 Tentang Banding Jawa
dan Madura.
c.
UU No. 14/1970 Tentang Ketentuan
Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman jo. UU No. 35/1999 jo. UU No. 4/2004 jo. UU No.
48/2009.
d.
UU No. 1/1974 Tentang Pokok-Pokok
Perkawinan dan PP No. 9/1975 Tentang Pelaksanaan UU No. 1/1974 dan PP No.
45/1990 Tentang Perkawinan dan Perceraian untuk Pegawai Negeri Sipil.
e.
UU No. 14/1985 Tentang Mahkamah
Agung jo. UU No. 5/2004 jo. UU No. 3/2009.
f.
UU No. 2/1986 Tentang Peradilan
Umum jo. UU No. 8/2004 jo. UU No. 49/2009.
g.
UU No. 7/1989 Tentang Peradilan
Agama jo. UU No. 3/2006 jo. UU No. 50/2009.
h.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Buku ke-4 Tentang Pembuktian dan Daluarsa.
i.
Yurisprudensi (Putusan-putusan yang
terdahulu yang dijatuhkan hakim/pengadilan yang dijadikan rujukan).
j.
Perma (Peraturan Mahkamah Agung).
k.
Hukum Adat.
l.
Doktrin atau Pendapat Sarjana.
Ø Asas Hukum
Acara Perdata
1.
Hakim bersifat menunggu.
Hakim tidak mencari perkara
melainkan menunggu perkara yang masuk ke pengadilan. Ps. 118 HIR/Ps. 142
RBg.
2.
Hakim bersifat pasif.
Dalam perdata, mengejar kebenaran formil (mencari kebenaran
sebatas apa yang diajukan oleh yang berperkara) bukan kebenaran materiil
(pidana). Ps. 178 HIR/Ps. 189 RBg.
3.
Persidangan terbuka untuk umum.
Kecuali di Pengadilan Agama
(perkara perceraian) dan dalam pidana (kasus anak-anak). Ps. 13 (1) UU No.
48/2009.
4.
Mendengarkan kedua belah pihak
berbicara.
5.
Putusan harus disertai dengan
alasan.
6.
Berperkara dikenai biaya.
Dalam pidana, biaya ditanggung oleh
negara sedangkan dalam perdata, biaya ditanggung oleh orang yang mencari
keadilan (para pihak berperkara).
7.
Tidak ada keharusan untuk
mewakilkan.
8.
Peradilan dilakukan demi keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
9.
Objektifitas.
Pengadilan mengadili dengan hukum
tanpa membeda-bedakan orang.
10.
Persidangan berbentuk majelis
(minimal tiga orang).
11.
Pemerikasaan dalam dua tingkat.
-Pemeriksaan
Judex Factie, yaitu pemeriksaan di tingkat pertama dan banding, pemeriksaan
langsung kepada yang berperkara.
-Pemeriksaan
Judex Luris, yaitu pemeriksaan di tingkat kasasi (Mahkamah Agung), pemeriksaan
antara putusan tingkat pertama dan banding, pemeriksaan ini lebih
menitikberatkan kepada hakimnya.
Catatan kuliah
tanggal 27 September 20013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar