Translate

Selasa, 12 Januari 2016

Sumber Hukum dan Asas Hukum Acara Perdata



Ø  Sumber Hukum Acara Perdata
1.        Zaman penjajahan Belanda.
a.  Rv
:
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan Eropa.
b.     HIR
:
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan Bumi Putera Jawa-Madura.
c.     Rbg
:
Aturan yang mengatur khusus untuk golongan Bumi Putera di luar Jawa-Madura.
*Golongan Eropa dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding golongan bumi putera. Adapun golongan bumi putera di luar Jawa-Madura dinilai lebih keterbelakang.
*Golongan bumi putera tidak dapat mengintervensi hukum untuk golongan Eropa adapun sebaliknya golongan Eropa dapat mengintervensi hukum untuk golongan bumi putera.
2.        Zaman Sekarang
a.       HIR dan RBg.
b.      UU No. 20/1947 Tentang Banding Jawa dan Madura.
c.       UU No. 14/1970 Tentang Ketentuan Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman jo. UU No. 35/1999 jo. UU No. 4/2004 jo. UU No. 48/2009.
d.      UU No. 1/1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan dan PP No. 9/1975 Tentang Pelaksanaan UU No. 1/1974 dan PP No. 45/1990 Tentang Perkawinan dan Perceraian untuk Pegawai Negeri Sipil.
e.       UU No. 14/1985 Tentang Mahkamah Agung jo. UU No. 5/2004 jo. UU No. 3/2009.
f.       UU No. 2/1986 Tentang Peradilan Umum jo. UU No. 8/2004 jo. UU No. 49/2009.
g.      UU No. 7/1989 Tentang Peradilan Agama jo. UU No. 3/2006 jo. UU No. 50/2009.
h.      Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku ke-4 Tentang Pembuktian dan Daluarsa.
i.        Yurisprudensi (Putusan-putusan yang terdahulu yang dijatuhkan hakim/pengadilan yang dijadikan rujukan).
j.        Perma (Peraturan Mahkamah Agung).
k.      Hukum Adat.
l.        Doktrin atau Pendapat Sarjana.

Ø  Asas Hukum Acara Perdata
1.        Hakim bersifat menunggu.
Hakim tidak mencari perkara melainkan menunggu perkara yang masuk ke pengadilan. Ps. 118 HIR/Ps. 142 RBg.
2.        Hakim bersifat pasif.
Dalam perdata,  mengejar kebenaran formil (mencari kebenaran sebatas apa yang diajukan oleh yang berperkara) bukan kebenaran materiil (pidana). Ps. 178 HIR/Ps. 189 RBg.
3.        Persidangan terbuka untuk umum.
Kecuali di Pengadilan Agama (perkara perceraian) dan dalam pidana (kasus anak-anak). Ps. 13 (1) UU No. 48/2009.
4.        Mendengarkan kedua belah pihak berbicara.
5.        Putusan harus disertai dengan alasan.
6.        Berperkara dikenai biaya.
Dalam pidana, biaya ditanggung oleh negara sedangkan dalam perdata, biaya ditanggung oleh orang yang mencari keadilan (para pihak berperkara).
7.        Tidak ada keharusan untuk mewakilkan.
8.        Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
9.        Objektifitas.
Pengadilan mengadili dengan hukum tanpa membeda-bedakan orang.
10.    Persidangan berbentuk majelis (minimal tiga orang).
11.    Pemerikasaan dalam dua tingkat.
-Pemeriksaan Judex Factie, yaitu pemeriksaan di tingkat pertama dan banding, pemeriksaan langsung kepada yang berperkara.
-Pemeriksaan Judex Luris, yaitu pemeriksaan di tingkat kasasi (Mahkamah Agung), pemeriksaan antara putusan tingkat pertama dan banding, pemeriksaan ini lebih menitikberatkan kepada hakimnya.

Catatan kuliah tanggal 27 September 20013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar